Hujan mengalir deras di jendela yang tidak berkerai. Angin terlihat porak-poranda mengacaukan pepohonan. Seseorang dengan tenangnya duduk di ruangan yang dipenuhi cahaya kekuningan. Ia terlihat sangat biasa, seperti pelanggan yang biasa. Bau enak menyerbak dari balik pintu yang sesekali terbuka karena laki-laki berseragam kemeja putih, dasi dan celana hitam, serta senyuman yang menawan hilir mudik menjunjung nampan. Rambut mereka disisir rapi ke belakang.
Halo?
Halo.
Bagaimana perasaanmu sekarang?
Hm..biasa.
Seperti biasa?
Kau tahu, aku selalu seperti ini.
Oh,yeah. Jadi? Biasa saja?
Tidak. Tidak biasa.
Ada yang menarik hari ini?
Mm...mungkin. Aku masih tidak melakukan hal yang heboh.
Heboh?
Hmm..hm...langit masih tetap luas. Kadang biru, kadang kemerahan. Aku ingin bergerak lebih banyak.
Bagaimana dengan pendengaranmu?
Yeah, di sini ramai sekali.
Dimana?
Kafe. Aku bisa mendengar obrolan mereka. semua orang yang ada di sini. Yang ada di dapur juga.
Oh ya? Aku tidak pernah tahu pendengaranmu setajam itu.
Haha... Aku bahkan bisa mendengar suara hati mereka.
Serius? Bagaimana bisa?
Kau konyol! Aku hanya bercanda.
Oh, aku tertipu lagi. Aku terlalu mempercayaimu.
Tidak, tidak. Kau hanya mencari inspirasimu saja.
Tidak. Aku hanya mengobrol denganmu.
Bohong.
Tidak.
Bohong!
Oh, baiklah. Kau benar.
Cih!
Apa? Kau marah padaku?
Tidak.
Bohong.
Tidak.
Bohong!
Tidak! Tidak sepenuhnya marah.
Jadi, bagaimana perasaanmu sekarang?
Tidak enak.
Kenapa?
Berisik.
Siapa?
Mereka yang suaranya terdengar olehku.
Lalu, kau kesal?
Tidak. Aku ingin bersuara lebih keras.
Untuk apa?
Menenangkan perasaanku.
Yuk, kita pergi.
Kemana?
Ke tempat dimana tidak ada yang mengenalmu.
Ide bagus. Aku bisa teriak mengumpat mereka.
Itu tidak baik.
Aku tahu. Tapi setidaknya aku tidak mengumpat di depan mereka.
Iya, tapi kata-katamu akan menyebar kepada semua melalui udara. Kau tahu 'kan kalau gelombang suara merambat di udara. Mungkin saja salah satu dari mereka mempunyai telinga super.
Tidak akan. Kalau aku teriak sambil memelukmu. Suaraku akan teredam oleh bajumu.
Tidak aku ijinkan.
Ya sudah.
Hmm..
Apa?
Tidak. Terima kasih inspirasinya.
Hah?
Kau ini manusia bermuka dua.
Heh?
Itu tidak baik. Kau tidak seharusnya berada di sana. Kalau kau tidak merasa nyaman, pergilah. Kalau kau tidak bisa berkamuflase, diam atau pergilah. Jangan membuat perasaanmu jadi tidak enak sendiri. Mereka hanya menjalani hidup mereka dengan normal. Kau juga harus begitu, lakukan apa yang kau suka. Memaksakan diri tetap selevel dengan mereka itu membuat kepalamu sakit 'kan?
Kau benar.
Tidak ada salahnya menjadi berbeda atau keberadaanmu tidak disadari oleh mereka. Tetap perhatikan mereka dengan caramu.
Ah, tsundere*?
Nah, aku tidak tahu.
Ah, oke.
Kesimpulannya, terima kasih atas inspirasinya.
Yah, jangan sungkan-sungkan. Meski aku tidak tahu maksudmu.
Ya sudahlah.
Nah, coba tebak apa yang aku lakukan tadi?
Berdiam diri dan mengobrol denganku?
Ya. Tapi ada hal lain yang aku lakukan.
Apa itu?
Tebak saja. Jangan menyerah begitu saja.
Kau ini hanya mempermainkanku!
Hehehe, kau mudah sekali digoda. Aku mencari inspirasi untuk kesenanganku.
Hah?
Kau adalah inspirasiku.
Mm...yeah. Aku merasa terhormat. Tapi bagaimana bisa?
Aku yakin, hidupku lebih menarik di dalam kepalaku.
Wow, kalimat yang bagus!
Diamlah.
Hah? Aku salah bicara apa?
Kau cuma salah satu makhluk imajinasiku. Tidak boleh banyak berkomentar.
Oh, baiklah. Mau mengganti topik pembicaraan?
Tidak.
Kenapa?
Hahaha, kau ini menyenangkan, tapi aku juga ingin melakukan hal yang menyenangkan secara 'real'.
Hmm..hm..
Selesaikan saja lagumu. Aku sudah memberikanmu banyak inspirasi 'kan?
Yup.
Saatnya kau pergi. Kau cukup membuatku sibuk siang ini.
Yup. Yup. Sebut saja namaku lain kali.
Ah, ya. Aku belum memberimu nama.
Terserah kau.
Hehehe, bye! bye!
Hujan deras sudah menjadi gerimis. Orang-orang yang celananya setengah basah semakin banyak memenuhi ruangan. Kepulan asap dari cangkir-cangkir yang mereka minum semakin memperjelas aroma khas. Aroma Kopi. Sedangkan seseorang itu masih di tempat yang sama.
Hey!
Whoa!
Ayo pergi. Jangan terlalu fokus dengan belajarmu.
Hey, aku hanya menulis.
Sudahlah. Mereka sudah duluan keluar, tempat ini semakin sesak. Nah, kita bersenang-senang di tempat lain. Mereka bilang itu tempat yang menyenangkan.
Oh. Uhm... Hm!
Cepat, cepat, atau mereka akan meninggalkan kita.Sekali lagi, bel kecil di pintu masuk berdenting dengan kerasnya. Ah, kali ini bukan si Celana Setengah Basah yang datang, tapi mereka yang berapi-api ingin merasakan sisa air hujan lewat ujung-ujung rambut mereka yang kering.
---END---
*tsundere : Tsundere (ツンデレ ) adalah salah satu bentuk proses pengembangan karakter Jepang yang menggambarkan perubahan sikap seseorang yang awalnya dingin dan bahkan kasar terhadap orang lain sebelum perlahan-lahan menunjukkan sisi hangat kepadanya. Kata ini berasal dari kata tsun tsun (ツンツン ) yang berarti membuang muka dengan jijik, ditambahdere dere (デレデレ ) yang berarti menjadi penuh kasih sayang atau sedang jatuh cinta.[1]Selain itu, kata ini juga dipakai untuk menggambarkan seseorang yang "biasanya menunjukkan sikap dingin, namun di depan orang yang disukainya, sikap tersebut berubah menjadi penuh kasih sayang." ( http://id.wikipedia.org/wiki/Tsundere )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar